Selasa, 27 Agustus 2013

Varanus Komodoensis

Varanus Komodoensis adalah nama latin dari sang  reptil raksasa Komodo.  Bisa melihat langsung reptil ini adalah salah satu keinginan saya ketika jalan-jalan ke Flores. Sengaja edisi tentang Komodo dan pulau di sekitarnya ini saya tulis dalam judul berbeda dari postingan sebelumnya, meskipun masih sama-sama di Pulau Flores NTT juga :)

Let's check it out
Perahu-perahu untuk mengantar pengunjung
Ini  adalah perahu-perahu yang dipakai untuk mengantarkan pengunjung ke tempat yang diminatinya. Ada dua pilihan destinasi yang sering dikunjungi adalah ke kawasan Pulau Rinca atau ke kawasan Pulau Komodo. Letak P. Komodo lebih jauh dari P. Rinca sehingga trip yang ditawarkan untuk ke pulau Komodo minimal 2H1M. Untuk one day trip kamu bisa memilih cukup ke P. Rinca. 


Selamat datang di Loh Buaya-Pulau Rinca

Mengikuti sang komodo dan ranger (sebutan untuk pemandu sekaligus pamong) 

Taraaa..... ini dia si Komodo Dragon

Setelah berkeliling di pulau Rinca dengan mengambil rute medium. Kami melanjutkan mengunjungi pulau Kelor. Tidak semua pulau di kawasan P. Rinca mempunyai pantai berpasir, umumnya berbentuk bukit dengan batu karang di sekelilingnya. 
Pulau Kelor memberikan pemandangan berbeda, terdiri dari pantai dengan pasir yang putih, laut yang jernih dengan ikan-ikan kecil beragam varian (cocok untuk bersnokelling), 
dan bukit sabana. Saya mencoba mendaki ke puncak bukit ini, meskipun kemiringan bukit mencapai 70 derajat (kira-kira sih :)). Dan pemandangan dari atas, sungguh sangat menakjubkan.... Cantik sekali ... #speechless
labuan bajo
Pemandangan elok di puncak pulau kelor

Sabtu, 24 Agustus 2013

Wisata Flores

Jalan-jalan kali ini di mulai dari kota Ende. Ingat Ende jadi ingat bahwa Bung Karno. Bung Karno pernah diasingkan di kota ini. Rumah pengasingannya pun masih terawat dengan baik, sayang petugas yang menjaga sering tidak ada, sehingga pengunjung tidak bisa mengetahui isi dari rumah pengasingan ini. Beberapa wisatawan juga kecewa karena tidak menjumpai petugas yang menjaga rumah ini. Hmmm...
Perjalanan hari berikutnya, menuju kabupaten Ngada. Penasaran banget dengan perkampungan adat suku Bena. Penduduk di sana masih mempertahankan tempat tinggal di rumah yang beratap ijuk dan masih berlantai tanah. Tempat ini menjadi warisan desa megalitikum. Ini terlihat dari peninggalan meja-meja batu, tempat meletakkan sesaji untuk acara perayaan. 

Next: Danau Tiga Warna Kelimutu
Kata orang belum ke Flores kalo belum ke Kelimutu. Danau Kelimutu adalah salah satu wisata favorit setiap wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Tempat ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Danau Kelimutu memiliki tiga kawah dengan warna berbeda. Dua kawah berdekatan dan satu kawah yang letaknya terpisah. Pemandangan tiga kawah bisa dinikmati jika kita mencapai tugu di puncak gunung Kelimutu. Waktu berkunjung kesana, tiga kawah yaitu 1) Tiwu ata polo-berwarna hijau tosca, 2) Tiwu Muri Koo Fai-berwarna biru langit cerah, dan 3) Tiwu - berwarna hijau gelap bening (halah.... :))
Tiwu Ata Polo

Tiwu Muri Koo Fai

Jumat, 09 Agustus 2013

Likurai Sambut Rombongan Sail Komodo 2013

Gadis ini bersama dengan sekitar 200 teman-temannya menyambut rombongan sail komodo yang tiba di Kolam Gurita, Pelabuhan Ferry Kabupaten Belu-NTT. Mereka mempersembahkan sebuah tarian tradisional asli dari Kabupaten Belu. Tarian ini adalah tarian Likurai, ditarikan oleh para wanita (feto) dengan menggunakan gendang kecil yang dijepit di bawah ketiak.                                           Gendang dipukul dengan irama gembira sambil menari berlenggak-lenggok dengan irama yang cepat. Tarian ini dahulunya adalah tarian untuk menyambut para pahlawan yang baru kembali dari medan perang. Sekarang, tarian ini sering ditarikan untuk menyambut para tamu. 
Inilah tamu yang disambut oleh gadis-gadis penari. Tampak wisatawan antusias dengan sambutan yang diberikan. Dalam rangka sail komodo yang puncaknya pada tanggal 4 September, beberapa rombongan melalui rute berbeda yang akan bertemu nantinya di Labuan Bajo untuk bersama-sama berlayar di kawasan Taman Nasional Komodo. 


Tidak hanya mempersembahkan tarian likurai, rombongan pelajar SD juga mempersembahkan orkes suling bambu. Dengan arahan dari guru mereka, gadis-gadis cilik ini dengan piawai memainkan suling yang terbuat dari bambu. Dengan syahdu mereka memainkan lagu-lagu tradisional Belu mengiringi tiga orang rekannya yang menari. 
Senang sekali perjalanan tak sengaja kali ini dapat menyaksikan antusias remaja dan anak-anak putra putri Belu menampilkan tarian tradisional. Semoga tetap selalu seperti ini sampai kapanpun. Cinta Budaya Belu...